Corona #1 : Prolog
Sudah lama tak menulis blog ini, belum ada fenomena yang menginspirasi yang saya bisa angkat untuk menulisnya, kali ini saya akan bahas Corona, bukan bahas apa itu Corona dll, karena saya bukan ahli di bidangnya, malah saya bahas sisi lain dari Corona, yang sebagian sudah ditulis oleh orang lain.
Yaa wabah Corona ini ada yang bilang spekulasi, mulai dari senjata biologis atau apapun bahkan ada juga yang bilang tentara Allah, ada sangkut pautnya sama penyiksaan kaum Uighur (maaf kalau salah tulis).
Itu dulu, semakin lama mulai menyebar masuklah ke Indonesia, mulailah spekulasi "jangan takut Corona, takutlah sama Allah" yaa bagaimana spekulasi orang awam kalau ada yang seperti ini, kalau di pahami dengan akal logika Islam dan kalau mengerti betul adanya ucapan ini benar ada tetapi maksudnya jangan melebihi takutnya kita kepada Allah, takut sama Corona ini seperti takut pada hewan berbahaya seperti Ular, Singa, Harimau, dsb.
Kalau pandangan orang yang tidak mengerti dan menelan mentah-mentah wah wah itu macam melawan Corona, kena corona siapa takut, lawan saja, kan mati syahid, dsb masih banyak sih pandangan sesat seperti ini di kalangan muslim, sekali lagi kita harus dan mau belajar dan bertanya kepada yang ahli di bidangnya, sampai detik ini masih ada yang begitu, dari kalangan muslim biasa, fanatik bahkan sebagian ustadz (yang namanya terkenal di masjid) begitu, kecuali ustadz yang terkenal di Televisi seperti AA Gym menyuruh jaga jarak, (Dan saya muslim tidak tahu dengan agama / keyakinan lain yaa)
Yaa Corona ini memberikan kita pelajaran baru bagi kita, sekaligus fenomena baru, di awal kemunculannya hand sanitizer dan masker langsung habis, dijual dengan harga yang fantastis dan mahal, banyak yang memburunya, ini mengambil untung dibalik musibah macam "kesempatan dalam kesempitan" saat ini merambah ke minuman vitamin C, bahan bumbu dapur / jamu untuk mencegah Corona naik ini baru satu fenomena.
Fenomena lain bisa kita lihat bahwa ojol (ojek online) meringis dan menangis karena pendapatannya menurun, di tambah hari ini Jabodetabek betul-betul PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Tangerang Raya, semakin anjlok, yang di perhatikan pemerintah, ehh sudah di perhatikan malah protes, apa kabar yang pedagang kaki lima, pemulung, pengemis, pengamen, supir bus, angkot, pekerja yang lain.
Fenomena #3 bisa dilihat dari beberapa orang memberikan bantuan kepada yang lebih membutuhkan, biasanya siih nggak seperti ini, rasanya kita mulai mengerti dan mensyukuri nikmat kalau memang ada bencana dan wabah.
Fenomena lain bisa dilihat di berita harian lain yaa, kalau ditulis semua serasa menulis dan membaca skripsi, fenomena ini langsung terjadi seiring menyebarnya virus ini, misalnya UN (Ujian Nasional) yang dibatalkan, WFH (Work From Home) bekerja di rumah, belajar online, TVRI (Televisi Republik Indonesia) menayangkan pembelajaran (kembali ke tahun 2010 siih zaman TVE (Televisi Edukasi)) dan lain-lain, maknanya merubah kebiasaan.
Kepanjangan, yaa ini baru abstrak (rangkuman eksekutif) nya kok tenang akan di bagi-bagi menjadi beberapa artikel, mungkin saya akan mulai posting artikel yang berkaitan dengan Corona / Covid-19 ini (bukan membahas penyakit atau virusnya) melainkan fenomena yang terjadi dan petikannya.
Sebagai penutup #Corona 1
Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai pembelajaran untuk umat manusia keddpannya, apa yang buruk di masa lalu dan selama pandemi ini kita tinggalkan dan kita perbaiki untuk masa depan yang lebih baik, kita harus bergandeng tangan, bersinergi untuk menghadapi pandemi ini, lupakan kepentingan pribadi dan golongan utamakan kepentingan bersama.
Salam
Yaa wabah Corona ini ada yang bilang spekulasi, mulai dari senjata biologis atau apapun bahkan ada juga yang bilang tentara Allah, ada sangkut pautnya sama penyiksaan kaum Uighur (maaf kalau salah tulis).
Itu dulu, semakin lama mulai menyebar masuklah ke Indonesia, mulailah spekulasi "jangan takut Corona, takutlah sama Allah" yaa bagaimana spekulasi orang awam kalau ada yang seperti ini, kalau di pahami dengan akal logika Islam dan kalau mengerti betul adanya ucapan ini benar ada tetapi maksudnya jangan melebihi takutnya kita kepada Allah, takut sama Corona ini seperti takut pada hewan berbahaya seperti Ular, Singa, Harimau, dsb.
Kalau pandangan orang yang tidak mengerti dan menelan mentah-mentah wah wah itu macam melawan Corona, kena corona siapa takut, lawan saja, kan mati syahid, dsb masih banyak sih pandangan sesat seperti ini di kalangan muslim, sekali lagi kita harus dan mau belajar dan bertanya kepada yang ahli di bidangnya, sampai detik ini masih ada yang begitu, dari kalangan muslim biasa, fanatik bahkan sebagian ustadz (yang namanya terkenal di masjid) begitu, kecuali ustadz yang terkenal di Televisi seperti AA Gym menyuruh jaga jarak, (Dan saya muslim tidak tahu dengan agama / keyakinan lain yaa)
Yaa Corona ini memberikan kita pelajaran baru bagi kita, sekaligus fenomena baru, di awal kemunculannya hand sanitizer dan masker langsung habis, dijual dengan harga yang fantastis dan mahal, banyak yang memburunya, ini mengambil untung dibalik musibah macam "kesempatan dalam kesempitan" saat ini merambah ke minuman vitamin C, bahan bumbu dapur / jamu untuk mencegah Corona naik ini baru satu fenomena.
Fenomena lain bisa kita lihat bahwa ojol (ojek online) meringis dan menangis karena pendapatannya menurun, di tambah hari ini Jabodetabek betul-betul PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Tangerang Raya, semakin anjlok, yang di perhatikan pemerintah, ehh sudah di perhatikan malah protes, apa kabar yang pedagang kaki lima, pemulung, pengemis, pengamen, supir bus, angkot, pekerja yang lain.
Fenomena #3 bisa dilihat dari beberapa orang memberikan bantuan kepada yang lebih membutuhkan, biasanya siih nggak seperti ini, rasanya kita mulai mengerti dan mensyukuri nikmat kalau memang ada bencana dan wabah.
Fenomena lain bisa dilihat di berita harian lain yaa, kalau ditulis semua serasa menulis dan membaca skripsi, fenomena ini langsung terjadi seiring menyebarnya virus ini, misalnya UN (Ujian Nasional) yang dibatalkan, WFH (Work From Home) bekerja di rumah, belajar online, TVRI (Televisi Republik Indonesia) menayangkan pembelajaran (kembali ke tahun 2010 siih zaman TVE (Televisi Edukasi)) dan lain-lain, maknanya merubah kebiasaan.
Kepanjangan, yaa ini baru abstrak (rangkuman eksekutif) nya kok tenang akan di bagi-bagi menjadi beberapa artikel, mungkin saya akan mulai posting artikel yang berkaitan dengan Corona / Covid-19 ini (bukan membahas penyakit atau virusnya) melainkan fenomena yang terjadi dan petikannya.
Sebagai penutup #Corona 1
Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai pembelajaran untuk umat manusia keddpannya, apa yang buruk di masa lalu dan selama pandemi ini kita tinggalkan dan kita perbaiki untuk masa depan yang lebih baik, kita harus bergandeng tangan, bersinergi untuk menghadapi pandemi ini, lupakan kepentingan pribadi dan golongan utamakan kepentingan bersama.
Salam
Komentar
Posting Komentar