Buddha Dan Matematika
Kali ini Matemaslides Akan Membahas hubungan antara agama Buddha Dan Matematika

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas hubungan antara agama Buddha dengan Matematika dalam hal mengenai konsep ketakterhinggaan, angka nol (0) dan persamaan pangkat, yang mana hal tersebut menunjukan betapa majunya konsep agama Buddha dalam abstraksi matematis.
Sebelum kita membahas mengenai ketakterhinggaan, terlebih dahulu kita menggambar suatu segi enam, kemudian menggambarkan sebuah segi delapan, dan selanjutnya sebuah segi dua belas, segi dua puluh, dan seterusnya. Fenomena apakah yang kemudian kita lihat ?? Ternyata semakin banyak segi, bentuk nya semakin mendekati lingkaran. Jadi suatu lingkaran dapat di katakan sebagai suatu segi "tak terhingga" (~).
Sebagai contoh lain, Anda dapat menggambar lingkaran yang radius nya semakin besar. Apa yang terjadi ? Ternyata lengkungan lingkaran tersebut makin mendekati garis lurus jika radius nya semakin di perbesar. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa garis lurus adalah bagian dari suatu lingkaran yang mempunyai radius "tak terhingga" panjang nya. Demikianlah konsep mengenai ketekterhinggaan ini menjadi begitu penting, karena membawa kita pada hal hal serta ide ide yang tidak pernah kita bayangkan sebelum nya.
Kalau kita mempelajari sejarah matematika dan ilmu hitung, maka jelas sekali bahwa konsep ketakterhinggaan ini baru masuk ke dalam matematika semenjak abad ke 18, yang selanjut nya mendorong timbulnya ilmu hitung limit dan integral.
Para ahli filsafat pada jaman kuno nampak nya menunjukan "ketakutan" atau"keengganan" pada konsep mengenai "ketakterhinggaan" ini.
Bagaimana dengan Buddhisme ? Di dalam kitab Avatamasaka Sutra bab 30, yang berjudul " Tak Dapat Dihitung", isinya dibuka dengan pertanyaan seorang Bodhisattva bernama Raja Pikiran (Mind King), Beliau bertanya kepada Buddha mengenai makna dari ketakterhinggaan, ketakterukuran, ketanpabatasan, dan lain sebagainya.
Singkat kata, Raja Pikiran bertanya kepada Buddha : "Bhagavan, para Buddha selalu mengatakan tentang angka-angka yang tak terhitung, tanpa ukur, tanpa batas, tak dapat di bandingkan, tak terkira banyaknya, tak tercakup, tak terkatakan, apakah ini semua nya
Sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut, Buddha membuat suatu persamaan matematika dengan sistim pangkat, pengalian dan penambahan pangkat.
Buddha berkata " sepuluh pangkat sepuluh dikalikan sepuluh pangkat sepuluh sama dengan sepuluh pangkat dua puluh "...Untuk memudah kan kita mengikuti alur pemikiran Buddha, marilah kita mengikuti penjabaran matematika Buddha dengan angka. Buddha mengatakan :
10^10 x 10^10 = 10^20; 10^20 x 10^20 = 10^40 dan seterus nya..
Lalu apa makna yang bisa di petik dari semua angka-angka dan latihan yang diperlihatkan oleh Buddha kepada Bodhisattva Raja Pikiran ??
Makna-makna yang bisa di tarik adalah sebagai berikut :
a) Buddha telah menggabungkan progresi arimatik dengan progresi geometrik.
b) Buddha telah memperlihatkan persamaan aljabar, yaitu dengan rumus 10^a x
10^b = 10^(a+b)
c) Angka angka yang di perlihatkan oleh Buddha merupakan angka deret hitung
yang tertua didunia.
d) Buddha mengetahui bahwa cara tercepatis untuk mendapatkan angka besar
adalah dengan menggabungkan perkalian dengan perpangkatan. Bagi orang
dijaman sekarang pengetahuan ini sangat biasa, namun pengetahuan tersebut
merupakan hal yang luar biasa di masa ribuan tahun yang lalu.
e) Buddha telah mengetahui bahwa angka nol (0) bukan berarti tidak ada nilai,
melainkan angka nol bisa menyebabkan muncul nya angka yang lebih besar
bila digabungkan dengan angka bukan nol dan posisi nya bukan di depan.
Dengan kata lain, Buddha telah mengetahui konsep angka 0 jauh sebelum
perkembangan peradaban di dunia Barat mengenal konsep angka nol di bidang
matematika pada abad ke 16.
Pada jaman modern, konsep ketakterhinggaan mendorong timbul nya ilmu hitung limit dan integral. tanpa ilmu hitung integral, sulit bagi kita untuk menghitung misal nya kekuatan konstruksi bangunan. Juga tanpa ilmu hitung integral, mustahil kita dapat meluncurkan manusia ke bulan.
Buddha mengajarkan kepada umat manusia " Tidak ada apa-apa (ah-nate-sa)" Pernyataan ini di gambarkan oleh Buddha dengan jari telunjuk dan jempol yang membuat sebuah lingkaran.
Semoga Dapat dipahami bagi khalayak ramai
Amitabha semoga buddha memberkati

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas hubungan antara agama Buddha dengan Matematika dalam hal mengenai konsep ketakterhinggaan, angka nol (0) dan persamaan pangkat, yang mana hal tersebut menunjukan betapa majunya konsep agama Buddha dalam abstraksi matematis.
Sebelum kita membahas mengenai ketakterhinggaan, terlebih dahulu kita menggambar suatu segi enam, kemudian menggambarkan sebuah segi delapan, dan selanjutnya sebuah segi dua belas, segi dua puluh, dan seterusnya. Fenomena apakah yang kemudian kita lihat ?? Ternyata semakin banyak segi, bentuk nya semakin mendekati lingkaran. Jadi suatu lingkaran dapat di katakan sebagai suatu segi "tak terhingga" (~).
Sebagai contoh lain, Anda dapat menggambar lingkaran yang radius nya semakin besar. Apa yang terjadi ? Ternyata lengkungan lingkaran tersebut makin mendekati garis lurus jika radius nya semakin di perbesar. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa garis lurus adalah bagian dari suatu lingkaran yang mempunyai radius "tak terhingga" panjang nya. Demikianlah konsep mengenai ketekterhinggaan ini menjadi begitu penting, karena membawa kita pada hal hal serta ide ide yang tidak pernah kita bayangkan sebelum nya.
Kalau kita mempelajari sejarah matematika dan ilmu hitung, maka jelas sekali bahwa konsep ketakterhinggaan ini baru masuk ke dalam matematika semenjak abad ke 18, yang selanjut nya mendorong timbulnya ilmu hitung limit dan integral.
Para ahli filsafat pada jaman kuno nampak nya menunjukan "ketakutan" atau"keengganan" pada konsep mengenai "ketakterhinggaan" ini.
Bagaimana dengan Buddhisme ? Di dalam kitab Avatamasaka Sutra bab 30, yang berjudul " Tak Dapat Dihitung", isinya dibuka dengan pertanyaan seorang Bodhisattva bernama Raja Pikiran (Mind King), Beliau bertanya kepada Buddha mengenai makna dari ketakterhinggaan, ketakterukuran, ketanpabatasan, dan lain sebagainya.
Singkat kata, Raja Pikiran bertanya kepada Buddha : "Bhagavan, para Buddha selalu mengatakan tentang angka-angka yang tak terhitung, tanpa ukur, tanpa batas, tak dapat di bandingkan, tak terkira banyaknya, tak tercakup, tak terkatakan, apakah ini semua nya
Sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut, Buddha membuat suatu persamaan matematika dengan sistim pangkat, pengalian dan penambahan pangkat.
Buddha berkata " sepuluh pangkat sepuluh dikalikan sepuluh pangkat sepuluh sama dengan sepuluh pangkat dua puluh "...Untuk memudah kan kita mengikuti alur pemikiran Buddha, marilah kita mengikuti penjabaran matematika Buddha dengan angka. Buddha mengatakan :
10^10 x 10^10 = 10^20; 10^20 x 10^20 = 10^40 dan seterus nya..
Lalu apa makna yang bisa di petik dari semua angka-angka dan latihan yang diperlihatkan oleh Buddha kepada Bodhisattva Raja Pikiran ??
Makna-makna yang bisa di tarik adalah sebagai berikut :
a) Buddha telah menggabungkan progresi arimatik dengan progresi geometrik.
b) Buddha telah memperlihatkan persamaan aljabar, yaitu dengan rumus 10^a x
10^b = 10^(a+b)
c) Angka angka yang di perlihatkan oleh Buddha merupakan angka deret hitung
yang tertua didunia.
d) Buddha mengetahui bahwa cara tercepatis untuk mendapatkan angka besar
adalah dengan menggabungkan perkalian dengan perpangkatan. Bagi orang
dijaman sekarang pengetahuan ini sangat biasa, namun pengetahuan tersebut
merupakan hal yang luar biasa di masa ribuan tahun yang lalu.
e) Buddha telah mengetahui bahwa angka nol (0) bukan berarti tidak ada nilai,
melainkan angka nol bisa menyebabkan muncul nya angka yang lebih besar
bila digabungkan dengan angka bukan nol dan posisi nya bukan di depan.
Dengan kata lain, Buddha telah mengetahui konsep angka 0 jauh sebelum
perkembangan peradaban di dunia Barat mengenal konsep angka nol di bidang
matematika pada abad ke 16.
Pada jaman modern, konsep ketakterhinggaan mendorong timbul nya ilmu hitung limit dan integral. tanpa ilmu hitung integral, sulit bagi kita untuk menghitung misal nya kekuatan konstruksi bangunan. Juga tanpa ilmu hitung integral, mustahil kita dapat meluncurkan manusia ke bulan.
Buddha mengajarkan kepada umat manusia " Tidak ada apa-apa (ah-nate-sa)" Pernyataan ini di gambarkan oleh Buddha dengan jari telunjuk dan jempol yang membuat sebuah lingkaran.
Semoga Dapat dipahami bagi khalayak ramai
Amitabha semoga buddha memberkati
Komentar
Posting Komentar